Hotline 081316026384
Informasi lebih lanjut?
  • Selamat datang, silahkan pilih destinasi tujuan Anda, Kami dengan senang hati akan memberikan service terbaik.
Home » Info Pendakian » Jalur Pendakian Gunung Bawakaraeng Via Kanreapia Gowa Resmi Dibuka untuk Umum

Gunung Bawakaraeng merupakan salah satu gunung legendaris di Sulawesi Selatan yang tak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena nilai sejarah dan spiritual yang melekat pada masyarakat sekitar. Gunung ini menjadi ikon pendakian di wilayah Gowa dan sekitarnya, serta menjadi tujuan favorit bagi para pendaki dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan ketinggian mencapai sekitar 2.830 meter di atas permukaan laut, Gunung Bawakaraeng menyimpan pesona alam yang memikat, serta berbagai jalur pendakian yang menantang.

Kini, masyarakat dan para pendaki memiliki kabar gembira. Setelah melalui proses persiapan dan pembenahan jalur selama beberapa waktu, jalur pendakian Gunung Bawakaraeng via Kanreapia, Gowa, resmi dibuka untuk umum pada 19 September 2025. Jalur ini menambah variasi rute pendakian ke Bawakaraeng yang sebelumnya telah dikenal melalui jalur Lembanna, Buluballea, dan Tassoso di wilayah Sinjai Barat.

Keunikan Jalur Kanreapia

Desa Kanreapia yang terletak di Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, sejak lama dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sayuran terbesar di Sulawesi Selatan. Desa ini berada di kawasan dataran tinggi dengan udara sejuk, hamparan kebun sayur, dan pemandangan perbukitan hijau yang menyejukkan mata. Jalur pendakian Gunung Bawakaraeng via Kanreapia dimulai dari Dusun BontoLebang, tepatnya di lorong Pemancar TVRI, yang kini menjadi titik awal resmi pendakian.

Ketika pendaki memulai perjalanan dari desa ini, panorama pertama yang langsung menyambut adalah hamparan kebun sayur milik warga yang hijau dan tertata rapi. Suasana pedesaan yang tenang, udara segar, dan keramahan masyarakat lokal membuat pendaki merasa nyaman bahkan sebelum langkah pertama menuju puncak dimulai. Pemandangan ini menjadi ciri khas yang membedakan jalur Kanreapia dengan jalur-jalur lainnya.

Selain keindahan alamnya, jalur ini juga memiliki nilai sejarah tersendiri. Menurut penuturan warga setempat, jalur Kanreapia merupakan jalur klasik yang dahulu digunakan oleh para leluhur ketika hendak menuju Gunung Bawakaraeng untuk melakukan ritual atau kegiatan spiritual. Seiring waktu, jalur ini sempat tidak digunakan secara resmi karena minimnya fasilitas dan kurangnya tanda jalur. Namun, berkat kerja sama antara masyarakat, pemerintah daerah, dan komunitas pecinta alam, jalur ini akhirnya dibuka kembali dan diresmikan untuk umum.

Kondisi Jalur dan Lanskap Alam

Berbeda dengan jalur Lembanna yang cenderung menanjak tajam dan melelahkan sejak awal, jalur Kanreapia memiliki karakteristik trek yang lebih landai dan bersahabat bagi pendaki pemula. Meskipun demikian, tetap diperlukan persiapan fisik dan mental yang matang, sebab perjalanan menuju puncak tetap memakan waktu panjang dan energi yang besar.

Dari titik awal pendakian di Dusun BontoLebang, trek akan membawa pendaki melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh kebun warga, kemudian perlahan masuk ke kawasan hutan yang rimbun. Vegetasi di jalur ini cukup beragam, mulai dari pepohonan pinus di ketinggian menengah hingga hutan lumut di kawasan atas yang memancarkan suasana magis dan menenangkan.

Salah satu daya tarik utama dari jalur Kanreapia adalah keindahan hutan lumutnya. Di beberapa titik, terutama di ketinggian sekitar 2.000 meter ke atas, pohon-pohon diselimuti lumut hijau tebal yang tampak seperti karpet alami. Suasana di dalam hutan terasa lembap, tenang, dan menenangkan. Banyak pendaki menganggap bagian ini sebagai spot paling indah di jalur Kanreapia.

Selain itu, jalur Kanreapia juga dikenal memiliki banyak titik landai dan bonus trek yang memungkinkan pendaki beristirahat dengan nyaman tanpa harus terus-menerus menanjak curam. Hal ini membuat jalur ini cocok bagi pendaki pemula, pendaki yang ingin menikmati perjalanan tanpa terburu-buru, ataupun para fotografer alam yang ingin mendokumentasikan keindahan Gunung Bawakaraeng dari sudut berbeda.

Pertemuan Jalur dan Titik Akhir

Secara geografis, jalur Kanreapia akan bertemu dengan jalur pendakian Lembanna dan Buluballea di area pertengahan antara Pos 7 dan Pos 8, tepatnya di kawasan yang disebut “patahan sungai mati”. Dari titik ini, jalur akan menyatu hingga menuju ke puncak Gunung Bawakaraeng. Pertemuan ini memudahkan koordinasi antara pendaki dari berbagai jalur, serta menjadi titik pertemuan alami bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan lintas jalur (cross route).

Keberadaan titik temu ini juga memberi alternatif bagi pendaki yang ingin menjelajahi jalur baru saat turun gunung. Misalnya, pendaki dapat naik melalui jalur Kanreapia dan turun melalui jalur Lembanna, memberikan pengalaman berbeda dan kesempatan lebih luas menikmati lanskap Bawakaraeng dari dua sisi.

Estimasi Waktu dan Tingkat Kesulitan

Secara umum, waktu tempuh pendakian melalui jalur Kanreapia menuju puncak Bawakaraeng berkisar 8 hingga 11 jam, tergantung pada kondisi fisik dan kecepatan langkah pendaki. Pendaki berpengalaman mungkin dapat mencapai puncak lebih cepat, sementara bagi pendaki pemula disarankan untuk mengambil waktu lebih santai agar dapat menikmati perjalanan dan menjaga stamina.

Dibandingkan jalur Lembanna atau Tassoso yang memiliki tanjakan ekstrem di beberapa bagian, jalur Kanreapia dianggap lebih ramah dan moderat, namun tetap memerlukan kewaspadaan tinggi. Beberapa bagian trek masih berupa tanah lembap dan berbatu yang bisa licin terutama saat musim hujan. Karena itu, penggunaan sepatu gunung dengan grip kuat sangat dianjurkan.

Perizinan dan Regulasi Pendakian

Seiring dengan pembukaan jalur ini, pemerintah desa bersama pihak pengelola pendakian telah menerapkan sistem pendaftaran resmi (register) di pos pendakian Desa Kanreapia. Semua pendaki diwajibkan melakukan registrasi sebelum memulai pendakian. Tujuannya untuk memastikan keselamatan, pendataan, serta pengawasan aktivitas pendakian di kawasan tersebut.

Pendaki akan diminta mengisi data diri, tujuan pendakian, serta perkiraan waktu kembali. Petugas di pos juga akan memberikan arahan terkait kondisi cuaca, sumber air, dan peraturan yang berlaku di jalur Kanreapia. Dengan sistem ini, diharapkan kegiatan pendakian dapat berjalan dengan aman, tertib, dan bertanggung jawab.

Selain itu, pengelola juga menerapkan aturan ketat terkait kebersihan dan konservasi. Setiap pendaki diwajibkan membawa kembali sampahnya sendiri sesuai prinsip “Leave No Trace” atau dalam istilah lokal disebut “Bawa Kembali Sampah Anda”. Upaya ini sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan Bawakaraeng yang kini mulai ramai kembali dikunjungi pendaki.

Sumber Air dan Logistik

Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan saat mendaki Gunung Bawakaraeng melalui jalur Kanreapia adalah ketersediaan air. Berdasarkan informasi dari para pendaki yang telah mencoba jalur ini, sumber air hanya tersedia hingga sekitar Pos 5, sedangkan setelah itu jalur cenderung kering hingga menuju puncak. Karena itu, setiap pendaki disarankan membawa persediaan air yang cukup, minimal 2–3 liter per orang, tergantung kondisi cuaca dan durasi pendakian.

Untuk logistik, disarankan membawa bekal yang ringan namun bernutrisi tinggi, seperti makanan kering, roti, atau makanan instan. Beberapa pendaki juga memilih untuk membawa kompor portabel agar bisa memasak makanan hangat di area perkemahan. Namun, penting untuk selalu memastikan api benar-benar padam setelah digunakan agar tidak menimbulkan risiko kebakaran hutan.

Kondisi Cuaca dan Waktu Terbaik untuk Mendaki

Gunung Bawakaraeng dikenal memiliki kondisi cuaca yang cukup ekstrem, terutama pada malam hari dan di musim penghujan. Suhu di puncak dapat mencapai 5–8°C pada malam hari, bahkan bisa lebih rendah saat angin bertiup kencang. Oleh karena itu, pendaki disarankan membawa jaket tebal, sarung tangan, dan perlengkapan layering yang memadai untuk menjaga suhu tubuh.

Waktu terbaik untuk melakukan pendakian melalui jalur Kanreapia adalah antara bulan Juni hingga September, ketika cuaca relatif cerah dan jalur tidak terlalu licin. Pada periode ini, pemandangan di sepanjang jalur akan terlihat paling indah karena langit biasanya bersih dan vegetasi sedang hijau-hijaunya.

Jika pendakian dilakukan pada musim hujan (Oktober hingga Maret), maka perlu ekstra hati-hati karena jalur bisa menjadi licin dan aliran air di beberapa titik meningkat. Selalu periksa prakiraan cuaca sebelum berangkat dan pertimbangkan untuk menunda pendakian jika kondisi cuaca tidak mendukung.

Persiapan Fisik dan Mental

Meski jalur Kanreapia tergolong lebih landai dibandingkan jalur lain, persiapan fisik dan mental tetap menjadi hal utama. Pendakian memerlukan daya tahan tubuh, keseimbangan, serta kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu dan tekanan udara di ketinggian. Disarankan melakukan latihan fisik ringan secara rutin beberapa minggu sebelum pendakian, seperti jogging, hiking pendek, atau bersepeda.

Selain itu, mental yang tenang dan fokus juga penting, terutama saat menghadapi kondisi lelah, cuaca buruk, atau medan yang sulit. Gunung Bawakaraeng dikenal memiliki energi spiritual yang kuat bagi masyarakat lokal, sehingga pendaki juga diimbau untuk selalu menjaga sikap dan berbicara sopan selama perjalanan.

Etika dan Konservasi Alam

Gunung bukan hanya tempat untuk menaklukkan, melainkan ruang bagi manusia untuk belajar menghormati alam. Setiap pendaki yang melintasi jalur Kanreapia diharapkan menjaga kelestarian lingkungan, tidak merusak vegetasi, dan tidak meninggalkan sampah apa pun.

Pendaki juga dianjurkan untuk tidak membawa pulang tumbuhan, batu, atau benda alami dari kawasan hutan. Semua unsur di gunung memiliki fungsi ekologis yang saling terkait, dan sedikit perubahan dapat berdampak besar terhadap keseimbangan ekosistem.

Selain itu, penting untuk menghormati kearifan lokal masyarakat Kanreapia. Beberapa area di sekitar gunung dipercaya memiliki nilai spiritual tertentu, sehingga pendaki diminta tidak bersikap sembrono, seperti berteriak, bercanda berlebihan, atau melakukan hal-hal yang dianggap tidak pantas di tempat keramat.

Pembukaan jalur pendakian Gunung Bawakaraeng via Kanreapia merupakan kabar menggembirakan bagi pecinta alam, pendaki, dan masyarakat sekitar. Jalur ini tidak hanya menawarkan keindahan alam yang memesona, tetapi juga menghadirkan nilai sejarah dan spiritual yang mendalam. Dengan trek yang lebih landai, pemandangan hutan lumut yang menakjubkan, serta akses yang semakin mudah, jalur ini berpotensi menjadi salah satu rute favorit menuju puncak Bawakaraeng.

Namun demikian, kebebasan menjelajahi alam harus selalu dibarengi dengan tanggung jawab dan kesadaran ekologis. Gunung Bawakaraeng bukan hanya warisan alam bagi masyarakat Gowa, melainkan juga aset penting yang perlu dijaga untuk generasi mendatang. Dengan disiplin, kebersihan, dan rasa hormat terhadap alam, pendakian melalui jalur Kanreapia akan menjadi pengalaman berharga yang tidak hanya meninggalkan jejak langkah, tetapi juga kenangan indah tentang harmoni manusia dan alam di kaki Gunung Bawakaraeng.

Mungkin Anda tertarik membaca artikel berikut ini.

How to Reach Rammang-Rammang Karst in Maros: Complete Route, Travel Guide & Attractions (2025)

5 October 2025 10x Trip

Located in the heart of South Sulawesi, Indonesia, Rammang-Rammang is one of the most extraordinary karst landscapes in the world. Nestled within the Maros-Pangkep Geopark, this breathtaking natural wonder features towering limestone cliffs, vast green valleys, and a network of rivers and caves that have shaped the area for millions of years. For travelers s... selengkapnya

Jalur Pendakian Gunung Lompobattang Via Lembang Bune

3 October 2025 10x Info Pendakian

Gunung Lompobattang adalah salah satu gunung yang menjadi ikon Sulawesi Selatan. Dengan ketinggian 2.874 meter di atas permukaan laut (mdpl), gunung ini berdiri gagah sebagai atap Sulawesi Selatan, menyimpan berbagai kisah, legenda, dan sejarah panjang yang melekat dalam budaya masyarakat setempat. Puncaknya bukan hanya sekadar titik tertinggi, melainkan jug... selengkapnya

Kisah Horor Gunung Sindoro, Nyaris Tak Masuk Akal

3 October 2025 8x Kisah Pendakian

Gunung Sindoro, yang menjulang megah di Jawa Tengah dengan ketinggian sekitar 3.150 meter di atas permukaan laut (mdpl), merupakan salah satu gunung berapi aktif yang menjadi daya tarik utama bagi para pencinta alam dan pendaki gunung. Terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing, keduanya kerap disebut sebagai “gunung kembar” karena lokasinya yang berseb... selengkapnya

Kontak Kami

Apabila ada yang ditanyakan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.